Sabtu, 09 Juli 2011

Cerpen "IBU"

Aku seorang gadis remaja berusia 18 tahun, namun hingga umur ku sekarang aku belum pernah melihat bahkan mengenal ibu kandungku ku sendiri, ibu yang melahirkan ku ke dunia ini. Sepanjang umurku ini, aku hanya di asuh dan tinggal bersama kakek dan nenek kku yang hidupnya serba kekurangan. Tapi mereka sangat menyayangi ku, kakek pernah bercerita kepadakku bahwasanya ibu ku masih hidup, namun beliau tidak memberitahuku dimana ibuku tinggal  sekarang , padahal aku sudah sangat rindu ingin berjumpa dan memeluk ibu.

                Saat tengah duduk di depan rumah, aku menannyakan lagi alamat tempat tinggal ibuku, kakek sempat tidak memberitahu namun aku pun merengek dan menangis di hadapannya “ ayolah kek, kasih tau alina dimana alamat ibu, alina sudah kangen sama ibu “ rengek ku.  Kakek hanya diam membuatku semakin kesal dan penasaran dibuatnya, suara tangis dan rengekan ku pun terdengar hingga ke kuping nenek ku, membuat nenek keluar, berbicara dan mengungkapkan apa yang sebenar nya.
                 “ alina,, “ pangggil neek dengan nada yang rendah . “ iya nek” sahut ku. “ apa benar alina mau jumpa dengan ibu?” tanya nenek kepada ku, “ iya nek, alina ingin sekali ketemu sama ibu nya alina “ jawabku dengan penuh pengharapan. “  Alina, percuma kamu menanyakan alamt ibu mu bahkan ingin bertemu dengan nyaitu semua sia-sia nak, karena ibu mu sama sekali tidak menganggap mu sebagai anak nya” jelas nenek, mendengar penjelasan dari nenek tubuh ku menjadi lemas, lunglai seakan terbawa angin entah kemana, namun sesaat aku tersadar dan menanyakan kembali, “ mengapa nek, mengapa ibu tidak mau
menganggap alina sebagai anaknya lagi nek?”

                Nenek pun menceritakan semuanya kepada ku dan ternyata aku adalah anak haram yang lahir akibat pergaulan remaja ibu ku yang terlallu bebas, pada awal nya aku sempat ingin di buang oleh ibu ku karena sangking bencinya ia kepada ku, tapi semua itu di cegah oleh kakek dan  nenek, walau pun begitu tetap saja aku tidak dianggap sebagai anak nya, aku di biarkan di besarkan oleh kakek dan nenek ku tanpa adanya keinginan untuk menyakan tentang perkembanganku, memndengar semua penjelasan nenek hati ku menjadi bimbang, kecewa dan bahkan sedih yangng sangat teramat dalam yang yang bisa ku lakikan saat itu hanyalah menangis dan menangis.

                Dengan menngunakan sepeda tukang loper koran dan secarik kertas berisi alamat, aku pergi mencari ibuku, aku nberpikir, walaupun ia sama sekali tidak mengaggapku, tapi setidaknya aku bisa bertemu dan melihat wajah ibuku, walau hanya menyamar sebagai seorang loper koran,. Dan sesampainya aku di sana, aku sangat terkejut melihat rumah yanng sangat besar dan mewah yang berada tepat di hadapan ku, dengan hati yang merasa agak minder aku pun memberanikan diri untuk memencet bell di pintu pagar sambil berteriak “ Koran,, koraan,, “ tanpak seorang ibu-ibu yang tengah menyirami bunga datang menghampiriku dan membukakan pintu untukku.                  “ini koran hari ini ya dik  “ tanya nya dengan melemparkan senyuman yang ramah. aku berpikir,  inkah ibuku ? ibu yang tidak menganggap ku tapi betapa cantik dan ramahnya sosok ibuku. Kataku dalam hati. “iya buk, ini koran untuk hari ini “ sahutku dengan membalas senyuman kepadanya.        “ mama ,,,”   teriak  seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang menghampiri ibunya. “ ada apa anakku ?” sahut ibunya sambil memeluk anaknya. “ enggak ada apa-apa” jawab anaknya nakal, mereka pun saling canda tawa di hadapanku dan dengan sendirinya air mata ku keluar dan menggeranyang di pipiku, seandainya  jika aku bisa seperti itu, bermanja-manja dan memeluk erat ibuku, oh betapa senagnya hidupku, pikirku dalam hati namun pikiran itu kembali ku bantah semua itu tak mungkin terjadi bahkan ku alami. Aku pun dengan segera menghapus air mata dan pamit pulang. “ maaf buk, saya pulang dulu. Saya pikir saya sudah selesai dengan tugas saya mengantarkan koran” pinta ku dengan sopan. “ oh iya,, silahkan! Hati-hati di jalan ya dik!”. Ia memberiku  sebuah perhatian yang umum di lakukan oleh semua orang, namun tak masalah bagi ku yang penting adalah aku bisa bertemu dan melihat ibuku, dan setidaknya aku sudah mengenalinya, walau pun aku tidak bisa mendapatkan sebuah kasih sayang darinya,, darii ibu kuu sendiri..

SELESAI